Pada jaman sekarang ini banyak orang yang dengan sengaja membatasi jumlah anak, jika sudah dua cukup, seperti dakwah penyesatan yang sering kita dengar “Dua anak cukup, laki-laki dan perempuan sama saja”. Mari kita renungkan bersama mengapa sebenarnya kita menyengaja untuk membatasi jumlah anak ? Ada banyak alasan yang dilontarkan para pendukung paham “dua anak cukup”
1. Dengan anak yang jumlahnya sedikit makin intensif kita dalam memperhatikan anak
2. Dengan jumlah anak yang sedikit maka pendidikan anak lebih dapat diperhatikan, bersekolah sampai setinggi-tingginya
3. Tanggung jawab akan berbatas dengan berbatasnya jumlah anak
Rasulullah menyuruh kita untuk memperbanyak anak, tentu lebih baik bagi kita untuk menaati Rasulullah. Kita semua tentu sepakat bahwa yang patut kita percayai 100% hanya Al Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah tidak akan menyampaikan sesuatu kepada kita kalau bukan sesuatu itu dari Allah, semua yang Rasul sampaikan kepada kita adalah yang diterima Rasul dari Allah, sehingga perintah memperbanyak anak itu sebenarnya adalah perintah Allah.
Tiga alasan yang diajukan pendukung paham “dua anak cukup” dapat dibantah dengan menyandarkan diri sepenuhnya kepada syariat Islam. Mari kita coba merenungi bersama, saya mencoba untuk membantah tiga alasan tersebut dengan ilmu yang terbatas, saya membuka sepenuhnya komentar dan masukan yang membangun demi kelancaran jalan kita semua menuju Jannah.
1. Dengan anak yang jumlahnya sedikit makin intensif kita dalam memperhatikan anak
Perhatian kita ke anak tentu tidak dapat dibatasi dengan jumlah anak, kalau kita kehabisan waktu untuk anak mungkin karena para suami membiarkan istrinya bekerja dan terlalu banyak menghabiskan waktu diluar rumah dan meninggalkan anak-anak bersama pengasuh di rumah, perhatian kita ke anak tidak akan tergantikan dengan menyediakan pengasuh anak walaupun pengasuh anak kita adalah yang nomer satu, yang gajinya separuh dari penghasilan kita bulanan. Lebih baik bagi anak-anak kita adalah keberadaan ibunya di rumah. Marilah kita bertakwa kepada Allah, penghasilan istri kita per bulannya tidak akan sebanding dengan waktunya bersama anak-anak yang hilang. Rizki itu telah ditentukan oleh Allah, Allah lah yang mengatur dan membagi rizki kita. Tidak akan ada satu makhluk melata pun di dunia ini yang rizkinya tidak dijamin oleh Allah, tanpa istri kita bekerja pun Allah akan mencukupkan rizki buat kita, tidak akan berkurang jatah rizki kita dengan tidak bekerjanya istri-istri kita.
2. Dengan jumlah anak yang sedikit maka pendidikan anak lebih dapat diperhatikan, bersekolah sampai setinggi-tingginya
Saya teringat kepada nasihat seorang Ustadz ketika mendengar pendapat ini, “Janganlah kita terlalu menghitung apa-apa yang ada di tangan kita sehingga kita melupakan apa-apa yang ada di tangan Allah”. Kita semua sepakat bahwa apa yang di tangan kita belum tentu menjadi jatah rejeki kita, yang sudah kita telan saja, sudah masuk ke dalam kerongkongan kita, jika Allah takdirkan masih bisa kita muntah karena suatu sebab, sedangkan apa yang di tangan Allah yang menjadi jatah rizki kita tentu akan sampai ke tangan kita dan kita nikmati sebagai jatah rizki kita. Anak-anak kita jalannya masih jauh masih panjang dalam pikiran kita, apakah benar demikian ? Tentu tidak, Allah yang mengatur semuanya kita harus menyakininya, anak kita adalah milik Allah, kita membayar gadainya dengan aqiqah yang kita sembelih di hari ketujuh dari kelahiran anak kita. Masalah gadai-menggadai tentu kita sudah sepakat bahwa yang membayar tentu yang ketitipan barang, jika kita menggadaikan barang di Pegadaian maka Pegadaian lah yang membayar kepada kita, dengan aqiqah kita membayar gadai anak kita, maka pada aqiqah itu lah sebenarnya pengakuan kita bahwa anak kita adalah milik Allah, dan Allah berkehendak untuk “meminjamkannya” kepada kita dan kita bayar gadainya. Semua pengeluaran yang terjadi ketika kita mempunyai anak sepenuhnya dari Allah, jangan memberatkan kita dengan beban yang berlebih dengan berpikiran bahwa anak-anak kita adalah tanggung jawab penuh, Allah lah yang akan membantu kita mengasuh anak-anak kita karena anak-anak kita adalah milik Allah sepenuhnya.
3. Tanggung jawab akan berbatas dengan berbatasnya jumlah anak
Sepertinya alasan ketiga ini dapat terbantah dengan tulisan saya di alasan kedua, semoga tulisan saya ini dapat berguna bagi semua, lebih utama bagi kita dengan tidak membatasi jumlah anak.
Wallahu a’lam bishawab